Copy link dibawah ini, kemudian di isi

https://docs.google.com/forms/d/1p8QjAelBph_CBtNMlOPWVkcYhLFV4y_7CIatZh1RpHw/viewform

Jumat, 15 Maret 2013

EFEK DIHAPUSNYA PELAJARAN TIK


VIVAnews - Pengurangan mata pelajaran sekolah akan terjadi pada kurikulum baru 2013 di tingkat SD dan SMP bahkan SMA. SMP yang semula mempunyai 12 mata pelajaran, pada tahun 2013 hanya akan mempunyai 10 mata pelajaran saja. 10 mata pelajaran tersebut yakni Pendidikan Agama, Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, Seni Budaya dan Muatan Lokal, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, dan Prakarya.
Pertimbangan dihapusnya mata pelajaran TIK di SMP dan SMA karena TIK bukan lagi tergolong mata pelajaran, melainkan ilmu yang harus dikuasai siswa tanpa harus dimasukan dalam mata pelajaran. Ini beralasan bahwa TIK di kurikulum 2013 bukan di hapus, tapi di integrasikan dengan semua mata pelajaran. Artinya, setiap kegiatan pembelajaran mata pelajaran apapun menjadi wajib untuk menggunakan perangkat dan media TIK.

Sebagai seorang guru yang mengajar di sekolah negeri di Kabupaten Bone Bolango, penulis mengatakan “bagus itu”. Tapi, apakah semua sekolah bisa seperti itu? Maaf, bagaimana dengan daerah Kecamatan Pinogu yang jauh tertinggalnya dengan perkembangan TIK. Hanya ada satu kata mungkin bisa?! Tapi kata mungkin belum bisa dikatakan sebuah ilmiah dan menjawab persoalan yang ada, jangan sampai integrasinya TIK ke dalam mata pelajaran hanya akan berlaku di beberapa kota-kota besar yang perkembangan TIK sudah maju dengan dukungan sarana dan kompetensi guru terhadap perkembangan TIK-nya. Yakin pula daerah Jawa?! Jangankan di pulau lain di luar jawa sendiri, di sekitar jawapun masih banyak sekolah yang kekurangan sarana untuk belajar TIK ini.

Kalau pemerintah yang mempunyai regulasi terhadap kurikulum 2013 beranggapan bahwa siswa atau guru sekalipun sekarang sudah tidak perlu di perkenalkan dengan TIK lagi. Melainkan diintegrasikan apakah guru dan siswa akan belajar TIK dengan sendirinya? Ataukah dengan perkembangan zaman yang akan menuntut dia?!

Contoh kecil untuk membuat buku, LKS semua tingkat sekolah, butuh komputer tidak? Untuk design label produk, butuh komputer tidak? Untuk UKG online, Akreditasi, Software perpustakaan, butuh komputer tidak? Masih ingatkah kita dengan UKG online, bagaimana kesulitan guru dalam mengoperasikan komputer. Semua profider baik GSM / CDMA dan lain-lain, kalau tidak ada komputer, bangkrut apa bangkrut ? Teknologi handphone saja belum cukup meskipun kita semua sudah menggunakan HP.

Secara umum TIK memiliki dampak negatif dan positif:

a.       Dampak Positif Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Perkembangan teknologi informasi dan kumunikasi dapat meningkatkan taraf kehidupan manusia, yang berarti keberadaan teknologi infomasi dan komunikasi dapat memberi manfaat atau keuntungan bagi kehidupan manusia. Ketika mengunakan telepon, menonton televisi, mengerjakan tugas dengan komputer dan mengunakan fasilitas internet, sehingga apapun masalah kita sangat mudah kita atasi.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan dan memudahkan manusia untuk dapat saling berhubungan dengan cepat, mudah dan terjangkau. Informasi dari belahan dunia lain dengan mudah dapat diterima dengan cepat, aktivitas komunikasi antar dua tempat yang berjauhan menjadi lebih mudah dan cepat dengan mudah mengunakan alat – alat teknologi komunikasi dan komunikasi.

Dalam bidang pendidikan, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berpotensi untuk membangun masyarakat yang demokratis, hal ini ditandai adanya hubungan guru dengan siswa, guru dan guru, dan antara guru, siswa, orang tua dan masyarakat dalam kaitannya dengan proses pendidikan dalam dan diluar sekolah.

b.      Dampak Negatif Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sering dianggap sebagai kebaikan atau kemudahan bagi para penggunanya. Namun, ketika nalar, kemampuan dan iman kita belum memadai atau tidak siap untuk mengikuti perkembangan tersebut, apakah kemudahan atau kebaikan yang dijanjikan bisa menjadi kenyatan dan bisa dinikmati.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi tidak hanya menimbulkan efek positif yang konstruktif (membangun), tetapi juga menimbulkan efek negatif yang destruktif (merusak). Efek negatif tersebut disebabkan oleh perkembangan keimanan dan ketaqwaan (IMTAQ) tak seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Penguasaan IPTEK bahkan digunakan untuk menggali prosedur-prosedur yang jujur sehingga lahirlah cyber crime (pembajakan hak cipta). Selain itu, penguasaan IPTEK malah digunakan untuk memuaskan hasrat duniawi sehingga lahirlah cyber porn (penyebaran aktivitas penyimpangan seksual dalam bentuk teks, gambar, maupun audio visual).

Adapun efek negatif lainnya dari penggunaan teknologi informasi dan komunikasi adalah semakin maraknya aktivitas pembajakan program komputer dan CD, DVD aktifitas tersebut merupaan tindak kriminalitas yang diatur oleh undang-undang karena termasuk kegiatan ilegal yang secara finansial dapat merugikan pihak lain.

Kembali pada kurikulum 2013 sejak dibukanya website uji publik tentang kurikulum 2013 bukan hanya guru TIK saja yang menolak tetapi guru mata pelajaran lain. Banyak guru yang bertanya bahkan merespon negatif akan hal ini. Sekarang bagaimana efeknya terhadap dunia pendidikan di Indonesia dengan dihapusnya pelajaran TIK dalam Kurikulum 2013 yang akan diberlakukan pada tahun ajaran 2013/2014.

Secara khusus dengan gamblang penulis katakan bahwa efeknya merugikan baik siswa maupun gurunya. Perlu dicatat bahwa negara kita jangan disamakan dengan negara yang perkembangan TIK sudah sedemikian pesat dan maju misalnya Singapura, China dan sebagainya sehingga tidak perlu lagi diajarkan dalam ruang kelas. Maka secara khusus penulis akan memberikan point khusus dari efek negatif dihapusnya pelajaran TIK di berbagai jenjang tingkatan, untuk hal ini dirinci sebagai berikut:

1.      Di lingkungan masyarakat akan terjadi komersialisasi pendidikan teknologi, mengapa hal ini terjadi? Karena tidak ajarkan lagi dalam ruang belajar-kelas. Akan lahirnya tempat-tempat kursus dan pendidikan keterampilan seperti yang terjadi dasawarsa lalu. Siswa-siswa akan mencari tempat kursus dan pelatihan teknologi informasi. Tentu hal ini bagi masyarakat yang lebih paham dengan teknologi informasi akan mengambil manfaat darinya. Dengan mendirikan bangunan/ gedung pelatihan kursus teknologi pendidikan yang tentu biayanya masyarakatlah yang menanggung itu semua dengan menyekolahkan anaknya di tempat kursus tersebut.
2.      Jika kita jujur pada diri sendiri belum semua guru paham dan mampu menguasai teknologi informasi. Guru senior sulit akan di drive terhadap melek TIK. Akibatnya perkembangan TIK jalan ditempat. Lihat saja di beberapa sekolah negeri dan swasta, berapa persenkah guru yang menggunakan LCD dan membuat bahan ajar berbasis multimedia. Berapa persen siswa yang sudah mampu mengoperasikan program aplikasi Ms. Word, Excel dan sebagainya?! Tentunya guru dan siswa yang tidak terbiasa menggunakan IT akan mengatakan biarlah sudah kami seperti ini.
3.      Guru-guru TIK akan kawalahan dan repot mencari jam mengajar pelajaran lain, sementara di hampir semua sekolah telah terisi penuh oleh guru mata pelajaran yang diampuh. Ini akan memunculkan distorsi bahkan ‘perampasan’dan kepentingan akan jam mengajar. Singkatnya guru-guru TIK banyak kehilangan jam mengajar, bagaimana dengan nasib sertifikasinya dengan pemenuhan beban 24 jam.
4.      Perkembangan TIK di sekolah-sekolah yang tidak didukung dengan sarana TIK akan stagnan atau berhenti. Ruang untuk mengembangkan kreatifitas dan inovasi berfikir telah ditutup seiring dengan dihapusnya pelajaran TIK di sekolah. Hal ini sangat menyedihkan dizaman modern serba canggih malah tidak akomodir dalam sebuah mata pelajaran.

Gorontalo Maret 2013
Penulis, 

Rahmad Lahay, SPd