VIVAnews - Pengurangan mata pelajaran
sekolah akan terjadi pada kurikulum baru 2013 di tingkat SD dan SMP bahkan SMA.
SMP yang semula mempunyai 12 mata pelajaran, pada tahun 2013 hanya akan
mempunyai 10 mata pelajaran saja. 10 mata pelajaran tersebut yakni Pendidikan
Agama, Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS,
Bahasa Inggris, Seni Budaya dan Muatan Lokal, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan,
dan Prakarya.
Pertimbangan
dihapusnya mata pelajaran TIK di SMP dan SMA karena TIK bukan lagi tergolong mata
pelajaran, melainkan ilmu yang harus dikuasai siswa tanpa harus dimasukan dalam
mata pelajaran. Ini beralasan bahwa TIK di kurikulum 2013 bukan di
hapus, tapi di integrasikan dengan semua mata pelajaran. Artinya, setiap
kegiatan pembelajaran mata pelajaran apapun menjadi wajib untuk menggunakan perangkat
dan media TIK.
Sebagai
seorang guru yang mengajar di sekolah negeri di Kabupaten Bone Bolango, penulis
mengatakan “bagus itu”. Tapi, apakah semua sekolah bisa seperti itu? Maaf, bagaimana
dengan daerah Kecamatan Pinogu yang jauh tertinggalnya dengan perkembangan TIK.
Hanya ada satu kata mungkin bisa?! Tapi kata mungkin belum bisa dikatakan
sebuah ilmiah dan menjawab persoalan yang ada, jangan sampai integrasinya TIK
ke dalam mata pelajaran hanya akan berlaku di beberapa kota-kota besar yang
perkembangan TIK sudah maju dengan dukungan sarana dan kompetensi guru terhadap
perkembangan TIK-nya. Yakin pula daerah Jawa?! Jangankan di pulau lain
di luar jawa sendiri, di sekitar jawapun masih banyak sekolah yang kekurangan
sarana untuk belajar TIK ini.
Kalau
pemerintah yang mempunyai regulasi terhadap kurikulum 2013 beranggapan bahwa
siswa atau guru sekalipun sekarang sudah tidak perlu di perkenalkan dengan TIK
lagi. Melainkan diintegrasikan apakah guru dan siswa akan belajar TIK dengan sendirinya?
Ataukah dengan perkembangan zaman yang akan menuntut dia?!
Contoh
kecil untuk membuat buku, LKS semua tingkat sekolah, butuh komputer tidak? Untuk
design label produk, butuh komputer tidak? Untuk UKG online, Akreditasi,
Software perpustakaan, butuh komputer tidak? Masih ingatkah kita dengan UKG
online, bagaimana kesulitan guru dalam mengoperasikan komputer. Semua profider
baik GSM / CDMA dan lain-lain, kalau tidak ada komputer, bangkrut apa bangkrut
? Teknologi handphone saja belum cukup meskipun kita semua sudah menggunakan
HP.
Secara
umum TIK memiliki dampak negatif dan positif:
a. Dampak
Positif Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Perkembangan
teknologi informasi dan kumunikasi dapat meningkatkan taraf kehidupan manusia,
yang berarti keberadaan teknologi infomasi dan komunikasi dapat memberi manfaat
atau keuntungan bagi kehidupan manusia. Ketika mengunakan telepon, menonton
televisi, mengerjakan tugas dengan komputer dan mengunakan fasilitas internet,
sehingga apapun masalah kita sangat mudah kita atasi.
Perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi memungkinkan dan memudahkan manusia untuk dapat saling
berhubungan dengan cepat, mudah dan terjangkau. Informasi dari belahan dunia
lain dengan mudah dapat diterima dengan cepat, aktivitas komunikasi antar dua
tempat yang berjauhan menjadi lebih mudah dan cepat dengan mudah mengunakan
alat – alat teknologi komunikasi dan komunikasi.
Dalam bidang
pendidikan, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berpotensi untuk
membangun masyarakat yang demokratis, hal ini ditandai adanya hubungan guru
dengan siswa, guru dan guru, dan antara guru, siswa, orang tua dan masyarakat
dalam kaitannya dengan proses pendidikan dalam dan diluar sekolah.
b. Dampak
Negatif Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi
Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi sering dianggap sebagai kebaikan atau
kemudahan bagi para penggunanya. Namun, ketika nalar, kemampuan dan iman kita
belum memadai atau tidak siap untuk mengikuti perkembangan tersebut, apakah
kemudahan atau kebaikan yang dijanjikan bisa menjadi kenyatan dan bisa
dinikmati.
Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi tidak hanya menimbulkan efek positif yang
konstruktif (membangun), tetapi juga menimbulkan efek negatif yang destruktif (merusak).
Efek negatif tersebut disebabkan oleh perkembangan keimanan dan ketaqwaan
(IMTAQ) tak seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Penguasaan IPTEK bahkan digunakan untuk menggali prosedur-prosedur yang jujur sehingga
lahirlah cyber crime (pembajakan hak
cipta). Selain itu, penguasaan IPTEK malah digunakan untuk memuaskan hasrat
duniawi sehingga lahirlah cyber porn
(penyebaran aktivitas penyimpangan seksual dalam bentuk teks, gambar, maupun
audio visual).
Adapun efek
negatif lainnya dari penggunaan teknologi informasi dan komunikasi adalah
semakin maraknya aktivitas pembajakan program komputer dan CD, DVD aktifitas
tersebut merupaan tindak kriminalitas yang diatur oleh undang-undang karena
termasuk kegiatan ilegal yang secara finansial dapat merugikan pihak lain.
Kembali pada kurikulum 2013 sejak dibukanya website uji
publik tentang kurikulum 2013 bukan hanya guru TIK saja yang menolak tetapi
guru mata pelajaran lain. Banyak guru yang bertanya bahkan merespon negatif akan
hal ini. Sekarang bagaimana efeknya terhadap dunia pendidikan di Indonesia dengan
dihapusnya pelajaran TIK dalam Kurikulum 2013 yang akan diberlakukan pada tahun
ajaran 2013/2014.
Secara khusus dengan gamblang penulis katakan bahwa efeknya
merugikan baik siswa maupun gurunya. Perlu dicatat bahwa negara kita jangan
disamakan dengan negara yang perkembangan TIK sudah sedemikian pesat dan maju misalnya
Singapura, China dan sebagainya sehingga tidak perlu lagi diajarkan dalam ruang
kelas. Maka secara khusus penulis akan memberikan point khusus dari efek
negatif dihapusnya pelajaran TIK di berbagai jenjang tingkatan, untuk hal ini dirinci
sebagai berikut:
1. Di
lingkungan masyarakat akan terjadi komersialisasi pendidikan teknologi, mengapa
hal ini terjadi? Karena tidak ajarkan lagi dalam ruang belajar-kelas. Akan lahirnya
tempat-tempat kursus dan pendidikan keterampilan seperti yang terjadi dasawarsa
lalu. Siswa-siswa akan mencari tempat kursus dan pelatihan teknologi informasi.
Tentu hal ini bagi masyarakat yang lebih paham dengan teknologi informasi akan
mengambil manfaat darinya. Dengan mendirikan bangunan/ gedung pelatihan kursus teknologi
pendidikan yang tentu biayanya masyarakatlah yang menanggung itu semua dengan
menyekolahkan anaknya di tempat kursus tersebut.
2. Jika
kita jujur pada diri sendiri belum semua guru paham dan mampu menguasai
teknologi informasi. Guru senior sulit akan di drive terhadap melek TIK. Akibatnya
perkembangan TIK jalan ditempat. Lihat saja di beberapa sekolah negeri dan
swasta, berapa persenkah guru yang menggunakan LCD dan membuat bahan ajar berbasis
multimedia. Berapa persen siswa yang sudah mampu mengoperasikan program
aplikasi Ms. Word, Excel dan sebagainya?! Tentunya guru dan siswa yang tidak
terbiasa menggunakan IT akan mengatakan biarlah sudah kami seperti ini.
3. Guru-guru
TIK akan kawalahan dan repot mencari jam mengajar pelajaran lain, sementara di hampir
semua sekolah telah terisi penuh oleh guru mata pelajaran yang diampuh. Ini akan
memunculkan distorsi bahkan ‘perampasan’dan kepentingan akan jam mengajar. Singkatnya
guru-guru TIK banyak kehilangan jam mengajar, bagaimana dengan nasib
sertifikasinya dengan pemenuhan beban 24 jam.
4. Perkembangan
TIK di sekolah-sekolah yang tidak didukung dengan sarana TIK akan stagnan atau berhenti.
Ruang untuk mengembangkan kreatifitas dan inovasi berfikir telah ditutup
seiring dengan dihapusnya pelajaran TIK di sekolah. Hal ini sangat menyedihkan
dizaman modern serba canggih malah tidak akomodir dalam sebuah mata pelajaran.
Gorontalo Maret 2013
Penulis,
Rahmad Lahay, SPd